
Sapi di pengungsian, diincar oleh para tengkulak yang mencari kesempatan
Kepada pemilik sapi yang sudah pasrah karena tidak punya uang di pengungsian, tengkulak itu enak saja bilang, “Ini saya punya uang Rp 350.000, mau diambil atau tidak? Sapi itu sudah tidak sehat karena terlalu lama menghisap banyak debu,” ujar Sukiman, menirukan ulah para tengkulak sapi.
Terhadap tawaran harga yang begitu rendah itu, tetap saja banyak warga yang terpaksa melepas sapinya. Posisi warga yang memiliki ternak sapi ini memang dilematis. Mereka mau terus memelihara, tetapi tidak bisa mengurus dan memberi makan. Sementara kalau dibiarkan di kandang, mereka khawatir sapinya hilang dicuri atau malah mati karena keracunan debu atau kurus kurang makan.
“Pemerintah sendiri mau membantu, tapi hanya membeli sapi yang mati akibat bencana Merapi. Kata tengkulak itu, kalau sapi biasanya digelonggong dengan air, ini sapi yang korban Merapi kena gelonggong debu vulkanik,” ujar Sulagiman, asal Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Klaten. (Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar