Minggu, 21 November 2010

Selingkuh Emosional

Gara-gara lagi ngerjakan TA yang berkutat di seputar masalah emosional, aku jadi ketimbun sama buku-buku dan artikel-artikel yang membahas segala sesuatu tentang seluk-beluk emosi (emosi manusia maksudnya, sejauh ini belum tertarik buat mempelajari emosi hewan, hehe). Nah, salah satu yang aku baca adalah Emotional Infidelity atau ketidak-setiaan emosional (istilah populer dari ‘tidak setia’ kan selingkuh, yo wes aku artiin aja jadi selingkuh emosional :p).

Ternyata, menurut sumber yang aku baca, perselingkuhan yang sebenarnya, hampir semuanya diawali dari yang namanya selingkuh emosional. Tapi, rata-rata mereka yang terjebak perselingkuhan itu, pada awalnya tidak menyadari bahwa mereka telah terlebih dahulu terjebak dalam perselingkuhan emosional. Karena biasanya, mereka secara tidak sadar berlindung dalam salah satu ‘tameng ego’ yang disebut defense mekanisme dengan selalu mengatakan kepada diri sendiri dan pasangan bahwa “dia cuman teman!”.

Padahal, dalam era ‘campur-aduk’ sekarang ini, dimana segala bentuk komunikasi antara pria dan wanita tidak dibatasi apapun, siapapun (termasuk kita) rentan terjerumus tanpa sengaja dalam perselingkuhan emosional. Sebab menurut ahli, perselingkuhan emosional dapat dimulai dari mana saja dan dengan sapaan yang paling sederhana seperti ‘hai atau halo’, bisa dimulai dari ruang rapat, lobi kantor, halte bis atau bahkan dari chatroom. <>

Karena itu, agar kita tidak semakin tertarik jauh ke dalam lingkaran perselingkuhan yang sebenarnya, yuk kenali tanda-tanda perselingkuhan emosional itu. Kalau ternyata kita merasakan salah satu tandanya sedang berproses dalam kehidupan kita, ya mari kita sadar :D, tapi kalau ternyata tidak ada satupun dari tanda-tanda itu sedang terjadi dalam diri kita, ya mari kita bersyukur dan senantiasa meningkatkan ‘kewaspadaan diri’, hehe...

1. Mulai Berahasia
Setiap orang memiliki rahasia, itu hal yang wajar dan memang diperbolehkan. Tapi coba diingat-ingat, apakah Anda mulai menutupi sedikit demi sedikit hubungan pertemanan Anda dengan seseorang kepada pasangan (suami/istri)? Jika iya, coba tanyakan mengapa? Lalu tanyakan juga, apakah Anda mulai menutupi detil-detil dari hubungan pertemanan itu? Seperti misalnya, ketika pasangan bertanya “kapan terakhir kontak sama A?” (anggap aja A ini seseorang yang aku sebut tadi) lalu Anda jawab “wah, sudah lupa, wong sudah lama banget”, padahal kenyataannya baru dua jam yang lalu Anda telpon-telponan sama si A itu. Meski mungkin Anda punya tujuan tertentu untuk berbohong (anggap saja menurut Anda itu demi kebaikan), Anda harus mulai waspada, benarkah kebohongan itu untuk kebaikan seperti yang Anda maksudkan? Kata seorang ahli, pasangan seharusnya tidak berahasia dengan pasangannya tentang teman akrabnya, meski hal itu dirasakan akan menyakiti hati, membuat marah atau membuat cemburu. Kejujuran dan kepercayaan seperti ini adalah syarat yang tak bisa ditawar, dikalahkan atau dikorbankan dalam membina suatu rumah tangga.

2. Memindahkan Kepercayaan
Setiap orang, terlebih yang namanya wanita, pasti memerlukan tempat untuk mencurahkan perasaan (curhat) saat sedang dirundung suatu permasalahan. Tapi coba dipikir kembali, apakah Anda mulai mencurahkan hal-hal yang seharusnya menjadi rahasia rumah tangga kepada pihak luar (terlebih kepada lawan jenis)? Hal-hal seperti keintiman seksual, perbedaan yang tak bisa didamaikan, soal finansial rumah tangga atau detail mengenai kelemahan pasangan, tak boleh dipercayakan kepada orang lain. Kalau Anda merasa mulai mengeluhkan pasangan Anda kepada teman (yang berbeda jenis kelamin dengan Anda), hati-hati, sebaiknya jangan diteruskan. Tapi kalau Anda protes “gimana dong? curhat sama dia bikin perasaan plong, dia bisa ngertiin aku”, itu artinya Anda memang sudah tidak setia secara emosional kepada pasangan Anda.

3. Mulai Membandingkan
Lalu, coba dipikir-pikir juga, apakah akhir-akhir ini Anda secara sadar atau tidak mulai membandingkan pasangan Anda dengan orang lain? Misalnya saja pembandingan itu hanya sebatas angan-angan Anda seperti “seandainya istriku seseksi si A” atau “coba klo suamiku sesabar si B”. Hanya dalam angan saja, kebiasaan membandingkan sudah dapat dikategorikan sebagai cikal bakal ketidak-setiaan, apalagi kalau sampai terucap. Sekali dua kali membandingkan mungkin tidak jadi masalah, tapi kalau jadi kebiasaan, itu adalah tanda bahaya. Karena seseorang yang terbiasa membandingkan akan semakin merasa tidak puas terhadap pasangannya.

4. Kualitas Waktu
Waktu seperti apa yang biasa Anda habiskan bersama pasangan Anda? Apakah sebatas kewajiban sebagai suami istri? Apakah hanya melakukan rutinitas? Apakah hanya berdasarkan keharusan seperti pergi ke suatu acara demi anak-anak? Atau apakah Anda masih suka kencan berdua, tanpa anak, tanpa keluarga atau teman lainnya? Lalu coba diingat-ingat, apakah Anda terlibat dengan aktivitas-aktivitas di luar tanpa pasangan Anda? Seperti seperti melobi tamu kantor di sebuah cafe yang biasanya mengorbankan waktu untuk pasangan/keluarga? Apalagi jika kencan seperti itu dilakukan hanya berdua saja dengan partner berbeda jenis kelamin, hati-hati, sebaiknya ajaklah banyak teman atau pasangan Anda, atau jangan lakukan sama sekali.

5. Mulai Tertarik
Sekarang, coba jujur pada diri sendiri. Apakah Anda mulai tertarik pada salah seorang teman Anda karena penampilan istimewanya? Atau apakah Anda mulai tertarik pada caranya melakukan sesuatu? Atau pada caranya menyapa Anda? Jika iya, pejamkan mata dan tarik nafas panjang, kembalilah fokuskan perhatian emosional Anda hanya pada pasangan Anda. Dan jangan lupa banyak-banyaklah berdoa untuk dijauhkan dari godaan-godaan emosi semacam itu.

Jika dalam kehidupan pernikahan Anda, ada salah satu saja dari ke-5 hal di atas, cobalah sadar, jangan berusaha berlindung dibalik tameng ego dengan mencoba mencari pembenaran atas apa yang Anda lakukan. Dan bila ada 3 dari 5 hal di atas dalam kehidupan pernikahan Anda, jangan tunda lagi, segera cari bantuan profesional, bisa pemuka agama atau konselor perkawinan.

Selanjutnya, coba simak beberapa tips berikut, agar ikatan emosional Anda dan pasangan Anda terjalin semakin kuat:

1. Hargailah pasangan Anda dengan mulai lebih terbuka kepada pasangan tentang teman-teman lawan jenis Anda. Jangan rahasiakan hal-hal sekecil apapun yang Anda lakukan bersama teman Anda itu. Hal ini untuk menunjukkan bahwa tak ada yang istimewa antara Anda dan teman Anda yang pantas Anda tutupi dari pasangan Anda. Dengan kata lain, tak ada orang lain yang membuat Anda rela membohongi belahan jiwa Anda.
2. Jagalah rahasia pasangan Anda. Jika ada hal-hal yang membuat Anda kecewa, coba bicarakan secara terbuka dengan pasangan. Ungkapkan kekecewaan dan harapan Anda secara sportif. Tunjukkan bahwa meski dia telah membuat Anda kecewa, tapi Anda masih menyayanginya dan akan selalu memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri. Atau kalau kelemahan itu bukan sesuatu yang bisa diperbaiki, maka maafkanlah, dan terimalah pasangan Anda seperti apa adanya.
3. Berhentilah membandingkan pasangan Anda dengan orang lain, meski itu hanya dalam hayalan! Kebiasaan membandingkan, tanpa Anda sadari hanya akan membuat cinta Anda kepada pasangan semakin mengecil. Pasangan Anda mungkin memang bukan yang terbaik, tapi yakinilah bahwa dia adalah yang terbaik untuk Anda. Falsafah ini, selain akan menambah rasa sayang Anda terhadap pasangan, juga akan membuat Anda sadar diri dan berhenti berfikir “saya seharusnya mendapat yang lebih baik”.
4. Mungkin Anda adalah orang yang super sibuk, sehingga 24 jam sehari 7 hari seminggu rasanya tak cukup untuk mengkaver kesibukan Anda itu. Tapi seberapapun sibuknya Anda, cobalah untuk lebih banyak meluangkan waktu untuk pasangan. Misalnya duduk berdua saja selama 30 menit setiap hari untuk ngobrol apa saja, saat anak-anak sudah tidur. Atau manfaatkan akhir pekan untuk kencan berdua dengan pasangan, tanpa harus membicarakan soal anak, rumah tangga apalagi pekerjaan. Atau luangkan satu jam waktu Anda di hari Minggu untuk melakukan aktivitas berdua dengan pasangan, misalnya memasak atau mencuci pakaian atau aktivitas lain yang kelihatannya sepele tapi jika dilakukan bersama dengan pasangan akan menimbulkan kedekatan secara emosional.
5. Tunjukkan komitmen kepada pasangan Anda setiap hari. Lakukan sesuatu yang bermakna untuk pasangan Anda setiap hari. Bisa berupa pesan cinta atau menelpon. Jangan jadikan kebiasaan ini sebagai beban, tapi jadikanlah sebagai kebiasaan yang menyenangkan. Melakukan sesuatu untuk pasangan mengingatkan Anda di sepanjang hari, betapa istimewanya dia untuk Anda. Fokus pada hal-hal manis yang dilakukan pasangan Anda untuk Anda, dan ingat, bahwa agar hubungan bisa tumbuh dan berkembang, diperlukan waktu dan usaha. Simpan banyak foto pasangan Anda dan anak-anak Anda di meja kerja/kantor sebagai peringatan visual kepada Anda dan orang lain tentang prioritas Anda.
6. Jika harus pergi ke luar kota untuk melaksanakan tugas kantor, letakkan beberapa foto pasangan atau keluarga Anda di kamar hotel. Anda memang tak perlu foto untuk menghindari perselingkuhan, tapi perlu diselubungi cinta, dan foto-foto itu dapat membantu Anda untuk tetap fokus, bahwa betapa banyak cinta yang Anda miliki dalam hidup Anda, bahkan ketika keluarga Anda jauh di mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru Hadi atau Abdul Hadi bin KH. Ismail (1909-1998)

  H. Abdul Hadi (1909-1998) Guru Hadi atau Abdul Hadi bin KH. Ismail dilahirkan pada tahun 1909 M di Gang Kelor Kelurahan Jawa, Manggarai Ja...