Selasa, 26 Oktober 2010

Terkuaknya Tabir Khianat Suamiku

sadAku tak tahu, perasaan seperti apa yang harus kuungkapkan saat ini, marah, sedih, bahagia, menyesal ataukah kecewa ..semuanya berkecamuk dalam dada dan menorehkan kepedihan dan sakit yang teramat sakit di dalam hati ini. Pernahkah terbayangkan, seseorang yang kita cintai, kita sayangi dan hormati, tiba-tiba meninggalkan kita dengan sejuta kenyataan yang sangat sulit kita terima ..bahkan menyisakan bongkahan permasalahan yang mengigit..

Gempa yang melanda ranah Minang, menjadi saksi terkuaknya tabir yang selama ini tidak aku ketahui sama sekali. Dibalik porak poranda kota Padang .. tersisa kisah yang sungguh menyakitkan hati. Bagaimana tidak, suamiku yang menjadi salah satu korban runtuhnya sebuah hotel di kota itu, ternyata meninggalkan jejak, seorang anak perempuan kecil yang kini sebatang kara dan diantarkan ke hadapanku sebagai anak dari 'istri lain' laki-laki pujaanku itu.

Anak berusia 4 tahun yang wajahnya memang mirip suamiku itu, kini tinggal bersamaku dan aku tak tahu apa yang harus kuperbuat. Membencinya, menyiksanya, atau malah mengasihinya sebagaimana anakku sendiri. Di sisi lain hatiku, aku sangat kasihan kepadanya, namun di sisi lain ada perasaan sakit, benci, dan dendam yang sulit aku singkirkan. Begitu juga anak-anakku (ada dua orang, laki-laki dan perempuan kelas sebelas es em a dan kelas tujuh SMP) Sepertinya mereka sulit menerima kenyataan aneh ini. Atau karena mereka ingin menjaga perasaanku? Entahlah, yang jelas mereka terlihat acuh tak acuh ..

Karena bingung dan bimbang dengan perasaanku sendiri, perempuan kecil yang diberi nama Nayla (bukan nama sebenarnya) itupun cuma kuserahkan kepada seorang pembantu, terserah mau diapakan .. karena terus terang aku belum terlalu rela menerima kehadirannya.Ikhwal kemunculan Nayla adalah ketika kami menerima kabar tentang suamiku, sebut saja Mas Budi (samaran) yang menjadi salah satu korban meninggal dalam peristiwa gempa Padang. Mas Budi 'terkubur' di sebuah hotel ketika sedang mengikuti sebuah seminar. Setelah mendengar kabar tidak mengenakkan tersebut, akupun langsung 'terbang' ke TKP untuk memastikan benar tidaknya pria yang sangat kucintai sepenuh hati dan jiwaku itu ikut menjadi korban. Ternyata memang benar, suami terkasihku itu adalah salah satu dari korban yang meregang nyawa di antara reruntuhan bangunan hotel di pusat kota Padang itu.

Hancur luluh hatiku menerima kenyataan pahit itu. Sungguh aku tak menyangka bila nasib Mas Budi akan berakhir tragis seperti itu. Belum habis airmataku menangisi kepergian Mas Budi, tiba-tiba, bak tersambar petir di siang bolong, ada seorang ibu tengah baya menghampiri aku ketika tengah mengurus segala keperluan pemakaman Mas Budi di kota itu. Perempuan yang kira-kira usianya tak jauh berbeda denganku itu menggendong anak kecil dan mengatakan bahwa anak dalam gendongannya itu adalah anak suamiku dari adik perempuannya.

Bagaikan tidak percaya dengan penglihatan dan pendengaranku sendiri aku bahkan tidak bisa bicara apa-apa. Lidahku serasa kelu, otak dan pikiranku terasa buntu ..bagaikan ada sebongkah batu besar yang menindih tubuh dan jiwaku! Aku tak tahu, tidak siap diterpa kenyataan yang menyakitkan itu. Ya Allah ternyata itu anak suamiku dan Erni (bukan nama sebenarnya), mantan asisten pribadi Mas Budi yang pernah kepergok menjalin affair dan kemudian dipecat atas dasar pertimbangan 'penyelamatan muka' dan harga diri keluarga besar kami.

Jadi, selama ini Mas Budi ternyata masih tetap menjalin hubungan terlarang dengan Erni. Bahkan berdasarkan keterangan dari kakak Erni, mereka sudah menikah sirih sekitar empat tahun lalu di Padang karena Erni terlanjur mengandung benih Mas Budi.Ya Tuhan, bodohnya aku ..aku yang selalu mengantar kepergian Mas Budi ke tempat tugasnya (karena Mas Budi memang memiliki beberapa bisnis di beberapa kota) dengan hati tulus ikhlas, dengan kepercayaan penuh dan tanpa prasangka, ternyata telah menjadi korban kebohongan laki-laki yang telah menganugerahi aku dua orang anak itu ... pedihhhhhh rasanya ..

Tapi apa dayaku, inilah realita kehidupan yang terpaksa kujalani. Ironisnya, Erni dan keluarganya yang lain ternyata juga menjadi korban bencana itu. Tinggal kakak Erni dan anaknya semata wayang yang juga masih kecil ..yang tidak mungkin menanggung beban hidup Nayla .. Antara percaya dan tidak percaya aku terima 'penyerahan' Nayla itu kepadaku ..Aku tak bisa berkata apa-apa selain mencoba menata hati, perasaan dan jiwaku yang terlanjur hancur berantakan ... Bahkan aku tak tahu, bagaimana aku bisa 'terbang' balik ke rumah dengan seorang anak yang menjadi simbol pengkhianatan itu? Kekuatan apa yang telah menggerakkan aku untuk menerima kenyataan pahit itu? Sementara di sini, jujur kuakui ..hatiku masih berdarah-darah .. masih sakittt ...Aku tak tahu, akan aku apakan Nayla ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru Hadi atau Abdul Hadi bin KH. Ismail (1909-1998)

  H. Abdul Hadi (1909-1998) Guru Hadi atau Abdul Hadi bin KH. Ismail dilahirkan pada tahun 1909 M di Gang Kelor Kelurahan Jawa, Manggarai Ja...