Aku hanya tak tahu, bagaimana dengan nasib janin dalam rahimku yang kini tengah memasuki usia lima minggu ..Yang keberadaannyapun masih kurahasiakan dari pria yang paling berhak atasnya.
Aku mencintainya, bahkan terlalu mencintai AD, sebut saja begitu. Saat pertama kukenal, dia adalah seorang pria matang beristri, mapan dengan jabatan strategis di lembaga pemerintahan (maaf, tak bisa kusebutkan daerahnya).
Meski kini dia sedang menjadi pesakitan di kursi persidangan sebagai tersangka kasus korupsi, sedikitpun perasaanku tak pudar. Semakin hari justru rasa sayang itu makin membara ..ingin sekali aku mengisi hari-harinya yang pastinya sangat kosong di penjara.Tapi aku tak tahu bagaimana caranya ..Kemunculanku tentunya tidak akan membuat situasinya menjadi lebih baik.Bisa jadi akan lebih buruk.Apalagi beberapa pekan terakhir kasusnya terus menjadi sorotan media, terutama media lokal yang habis-habisan memblow up-nya.
Bahkan, ada sebuah koran lokal yang mulai mengorek-ngorek dan mengendus aset-aset AD yang diduga juga didapatkan dari hasil korupsi. Satu diantaranya adalah sebuah rumah di pinggiran kota yang pernah kami tempati setiap kali kami melakukan pertemuan rahasia. Tapi jauh hari sebelum akhirnya AD dijadikan tersangka, kami sudah menjualnya.Dan kini, aku menempati rumah kontrakan di salah satu lokasi perumahan elite di kota B.
Pembaca, hubungan kami bukanlah hubungan yang haram, meski awalnya memang terjalin dari hubungan terlarang yang kami lakukan secara backstreet. AD menikahiku secara sirih beberapa bulan sebelum disahkannya Undang-Undang yang mengatur dan melarang pernikahan bawah tangan. Bukan berarti mencari pembenaran,namun sepengetahuanku, produk hukum yang baru saja didok itu kan tidak berlaku surut.
Perasaan cinta, saling membutuhkanlah yang tlah menyatukan kami sehingga kamipun tak lagi peduli dengan status saat itu. Semua begitu membutakan. Aku yang waktu itu berstatus mahasiswi dan sedang menjalani PKL di instansi tempat AD menjabat harus mengakui betapa aku 'tergila-gila' dengannya. Semua yang ada pada AD adalah apa yang kucari pada sosok pria idamanku, tampan, rapi,bijaksana, kebapakan, cool, penuh perhatian dan kasih sayang ...pokoknya segala kesempurnaan serasa tlah kudapatkan dari dirinya. Bahkan aku tak punya kata-kata lagi untuk menggambarkan betapa aku memujanya.
Berawal dari sering mengantarkan berkas-berkas kantor, berpandangan mata, pujian-pujian manis, hingga sentuhan-sentuhan kecil, kamipun mulai akrab ..mulai membuka diri dengan obrolan-obrolan hangat. Begitulah waktu berjalan, kami tak lagi hanya sekedar saling berbincang soal kuliahku atau pekerjaan ..AD pun mulai menganggapku sebagai teman curhat masalah yang lebih pribadi.
Dari pembicaraan demi pembicaraan itulah akhirnya aku tahu bila sebenarnya selama ini, AD sangat tertekan. Rumah yang seharusnya menjadi surga dan tempat beristirahat yang menyejukkan baginya,hanyalah tempat persinggahan kosong bagi kelelahan dan kepenatannya. Istrinya sibuk dengan dunianya sendiri, dengan bisnis dan kegiatannya yang seabrek.
Maklum, sejak awal menikah, status sosial AD dan istrinya memang berbeda. Orang tua istri (bapak mertua) AD dulunya adalah salah satu pejabat penting yang menjadi atasan AD. Bahkan karena campurtangan orangtua istrinya juga karir AD sebagai PNS terus menanjak.AD juga mengisahkan bila mertuanya juga yang telah 'menjodohkan' sekaligus menjadi makcomblang hubungannya dengan istri sahnya sekarang.
Mungkin itulah yang membuat kehidupan Mungkin itulah yang membuat rumahtangga AD dan istrinya menjadi timpang. Atau entahlah ..yang jelas aku memang sering menangkap sinar ketidakbahagiaan itu di mata AD.Itu jugalah yang membuat aku semakin menyayanginya dan terus ingin menjadi oase bagi kehidupannya.
Tanpa kusadari, tanpa pernah terfikir sebelumnya .. mungkin ini yang dinamakan menjadi WIL, menjadi 'kekasih gelap' itu ..sungguh tidak mengenakkan ..
Tapi sungguh pembaca, sebelum pada akhirnya kami putuskan untuk menikah siri, kami tak pernah melakukan hal-hal yang menyimpang, melakukan perzinahan. Jangankan untuk melampiaskan hasrat birahi, berpelukan atawa berciumanpun tidak. Kuyakini, apa yang kami jalani semata-mata adalah karena perasaan kasihsayang yang tulus, bukan karena menurutkan hawa nafsu dan birahi saja.
Akhirnya ..terjadilah pernikahan siri itu. Jangan salahkan keluargaku atau ibuku yang sudah janda itu karena tak mampu mencegah perkawinan ini. Karena ini memang mauku, akupun sudah merasa dewasa dan tahu arti tanggungjawab dan konsekwensi atas setiap tindakanku sendiri. Meski pada akhirnya tetap aku harus mengakui bahwa restu dari orangtua adalah yang paling utama dalam menentukan langkah hidupku.
Akupun menjalani kehidupanku bukan hanya sebagai kekasih gelap, tapi juga sebagai istri gelap yang tak akan pernah diakui secara tersurat. Aku terimakan itu sebagai konsekwensi atas pilihanku. Aku harus menerimakan dilanda cemburu dilanda kesepian dan pilu bila setiap malam sebelum akhir pekan yang AD janjikan akan menjadi malamku berlalu dengan sia-sia lantaran dia tak punya alasan tepat untuk pergi dari sisi istrinya.
Begitulah ..semua kuterima dengan kesabaran .. demi perasaan cinta dan sayang yang tak bertepi ini. Berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan setahun lebih berlalu sudah, sampai akhirnya aku membaca berita dari koran bila AD termasuk salah satu pejabat yang bermasalah dengan kasus penyelewengan dana pemerintah. Luluh lantak rasanya hatiku ..
Terakhir kali kami bermesra hebat dua bulan lalu, seakan-akan tak ada masalah apapun yang membelitnya ..bahkan tanpa sepengetahuannya aku tidak meminum obat anti hamil seperti yang biasa aku lakukan. Ya, aku memang sedikit gila karena mulai berfikir untuk mendapatkan keturunan dari AD, agar kelak bisa menjadi temanku bila sewaktu-waktu AD tak lagi bersamaku. Sebab, sebagai orang ketiga, aku sadar penuh apapun bisa terjadi..termasuk bila suatu ketika AD tega melepaskanku demi istrinya. Begitulah aku ..begitu pasrah dengan keadaan yang telah membelenggu jiwaku. Sedikitpun tidak terbersit dalam fikiranku untuk show of force, muncul tiba-tiba di hadapan istri AD, meski aku sangat yakin cinta AD kepadaku sangat besar, mungkin malah melebihi cintanya pada istrinya. Aku tak mau lakukan itu ..Biarlah aku mengalah, menjalani semuanya sendiri.
Tapi bagaimana dengan hatiku yang selalu saja menuntut untuk bertemu?? Duhh ...aku benar-benar tak tahu ..apa yang harus kulakukan untuk menuntaskan perasaan rindu ini ..perasaan untuk membelai, mengasihi, menyayangi AD dengan sepenuh hati. Karna kutak yakin ..istri AD dan keluarga besarnya akan mau berbesar hati menerima kondisi AD bila vonis itu benar-benar telah dijatuhkan kepadanya dan dia akan menjalani hari-harinya di penjara. Andaikan kubisa ..ingin aku menemaninya atau bahkan menggantikannya di penjara. Tapi aku tak bisa ..aku tak mampu berbuat apa-apa ..Aku hanyalah 'istri gelap' yang tak pernah diakui keberadaannya ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar