Selasa, 19 Oktober 2010

Kisah Pemakan Manusia (2) Cerita Duka Keluarga Korban "Pemakan Manusia"

Ilustrasi
TERKAIT:

KOMPAS.com- "Ya Allah kenapa bisa begini. Kenapa harus berakhir seperti ini kakak saya."

Begitulah ungkapan isi hati Andi Isdian Fahman saat melihat jenazah Fahmi di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB), Senin (8/3/2010) kemarin.

Suasana ruang jenazah yang sebelumnya hening langsung penuh isak tangis. Andi tak henti-hentinya menangis saat petugas menyingkap kain kafan yang menutup jasad Fahmi.
Sedangkan Djuarmi Indarti tidak sanggup melihat jenazah anaknya yang sudah tidak utuh lagi. Ia memilih menunggu diruang kantor administrasi kamar jenazah RSOB.

Fahmi ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan di sebuah kotak kayu di sekitar Perumahan Legenda Malaka. Polisi telah menangkap tersangka Harun sebagai tersangka.

Andi mencoba melihat jenazah kakak kandungnya. Ia kembali menangis dan berkata, "Ya Allah, astaghfirullah, ya Allah, ya Allah."

Matanya memerah dan berkaca-kaca. Sesekali ia memenggang dada dan menghela napas. Berulang kali ia mengusap air matanya yang membasahi pipi. Tidak ada kata-kata yang keluar selain zikir dan mengucap nama Allah.

"Saya ikhlas kepergian kakak saya. Ya Allah berikan kami kekuatan menghadapi masalah ini," ujarnya.

Jasad Fahmi akan dimakamkan di kampung halamanya di Tegal, Jawa Tengah. Diterbangkan Selasa (9/3) ini, dan dimakamkan hari ini juga.

Kepala urusan Kedokteran Kesehatan Kepolisian Kota Besar Barelang, dr Rr Novita Wahyu Handayani, mengatakan, sampel untuk melakukan tes DNA sudah diambil, baik itu dari jasad Fahmi maupun dari ibu kandungnya Djurami Indarti.

"Meski semua ciri-ciri Fahmi sama seperti diakui oleh ibu kandungnya, tes DNA tetap dilakukan. Ini untuk memastikan kembali bahwa korban benar-benar keluarga dari Djurami Indarti,"katanya.

Djuarmi yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan itu datang bersama anak ketiganya, Andi Fahman, dari kampung halamannya di Slawi, Kabupaten Tegal, Jateng. Mereka tiba di Batam Minggu (7/3) pukul 17.00 WIB.

Sesampainya di Batam, mereka didampingi oleh beberapa kerabatnya datang ke Mapolsek Batam Kota untuk mendengarkan keterangan dari Kapolsek Batam Kota Ajun Komisaris Suka Irawanto.

Hampir dua jam keluarga dan pihak kepolisian saling mencocokkan data korban. Identitas dan ciri-ciri korban sesuai dengan fakta yang berada di lapangan. "Kita sudah mencocokkan data-data. Foto yang dibawa oleh Juarmi sama dengan foto yang ada pada KTP korban," kata Suka.

Untuk pihak kepolisian Kota Batam mengajak Juarmi beserta keluarganya ke klinik visum di Poltabes Barelang. Di klinik tersebut dr Rr Novita menjelaskan satu persatu foto-foto korban secara detail. Untuk meyakinkan lagi, Juarmi diminta bersedia di ambil sampel darahnya untuk tes DNA.

"Untuk memastikan jenazah korban, kita meminta kepada ibu kandung korban untuk dilakukan tes DNA, yakni diambil sampel darah dan rambutnya," ujar dr Novita.

Syok

Saat melihat foto-foto anaknya yang diperlihatkan oleh dr Novita itu, Juarmi sempat syok. Matanya merah dan berkaca- kaca, sesekali nafasnya tersengal-sengal. Berulang kali ia menyeka air matanya yang menyela dari pelupuk matanya.

Tidak ada kata-kata yang keluar selain zikir. Begitu juga dengan adik kandung Fahmi, Andi Fahman yang terus merangkul dan memegangi kedua pundak ibunya. Ia selalu membisikkan dan meminta kepada ibunya untuk berzikir dan bersabar.

Dengan sabar Juarmi mendengarkan penjelasan dr Novita perihal foto jasad korban. Setelah melihat gingsul di gigi korban yang rusak di bagian atas sebelah kanan, Juarmi kembali menangis. Begitu juga Andi Fahman. (bur/tia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru Hadi atau Abdul Hadi bin KH. Ismail (1909-1998)

  H. Abdul Hadi (1909-1998) Guru Hadi atau Abdul Hadi bin KH. Ismail dilahirkan pada tahun 1909 M di Gang Kelor Kelurahan Jawa, Manggarai Ja...