Daripada Gila…
Mengapa orang bisa gila? Ini pertanyaan yang selayaknya dijawab oleh para psikolog ataupun psikiater. Saya, tentu saja, tidak berhak menjawab. Tetapi, mungkin, salah satu penyebabnya adalah tingkat stress yang tinggi.
Mengapa bisa stres? Ini juga dua profesi tadi yang bisa menjawab dengan baik dan tuntas. Saya, tentu saja, hanya meraba-raba. Barangkali karena tekanan pekerjaan dan tekanan mental yang tiada tara. Karena tak sanggup menahan beban mental, lantas syaraf di otak mengalami gangguan.
Anda mau tahu berapa orang yang gila di Jakarta ini? Menurut Jawa Pos, Jumlah orang yang mengalami gangguan jiwa di Jakarta bisa mencapai 1,5 juta orang.
Ini kisah yang diambil dari koran terbitan Jawa Timur itu. Saya sedikit persingkat “Wajah Rohaya (bukan nama sebenarnya) muram saat ditemui harian ini pada Hari Kartini, Selasa, 21 April lalu. Duduk dan mondar-mandir di Poliklinik RSJ Soeharto Heerdjan Grogol, paras rambut perempuan 49 tahun itu agak kusut, matanya lelah.
Ibu tiga anak itu begitu gelisah, seolah ingin membagi beban hidupnya dengan orang lain. Saat itu, Rohaya memang sedang mencemaskan kondisi kejiwaan putri bungsunya, sebut saja Sinta (Juli nanti 20 tahun).
Sudah sebulan ini Sinta ogah beraktivitas. Kata Rohaya, sudah berminggu-minggu dia ogah masuk kuliah. Padahal, sebelumnya, gadis yang hobi main bulu tangkis itu adalah sosok yang ceria dan mudah bergaul. Sikapnya berubah ketika duduk di bangku kuliah. Dia mulai gelisah karena teman-temannya selalu melecehkannya.
Penyebabnya? “Sebenarnya, sudah dari semester awal dia sering curhat. Katanya, nggak kerasan teman-temannya yang cuek,” katanya. Makin lama, perilaku Sinta makin berubah. Ketika pulang kuliah, Sinta makin sering uring-uringan. Rohaya dan sang suami, Sumitra, kerap menjadi korban amarah sang anak.
Rupanya, Sinta sering minder bila disejajarkan dengan teman-temannya. Sinta mengaku tidak kuat lantaran tiap hari teman-temannya selalu menilai penampilan dirinya dari atas sampai bawah. Apa merek bajunya, apa model tas yang dia pakai, hingga apa kendaraan yang dia setiri.
Begitu tahu Sinta kuliah “hanya” naik Daihatsu Taruna, teman-temannya mulai menjauhi. “Itu yang mungkin membuat Sinta bete. Saya sudah nasihati dia agar sabar, tapi malah menangis,” cerita Rohaya.
Setelah itu, segalanya terus memburuk. Dalam beberapa bulan terakhir, Sinta malas kuliah. Dia jarang bepergian dan banyak mengurung diri di dalam kamar. ”Saya begitu takut ketika malam-malam dia nangis sendiri. Nggak selesai-selesai dan nggak bisa tidur. Dan, itu tidak satu dua kali. Hampir tiap malam begitu,” ujarnya.
Rohaya memiliki feeling bila Sinta tidak hanya stres, tapi sudah depresi. Khawatir terjadi apa-apa pada putrinya, Rohaya dengan berat hati membawanya ke rumah sakit jiwa. ”Daripada telat, mending saya bawa sekarang,” ucapnya.
Nah, ternyata orang stres bisa berasal dari masalah sepele. Hanya minder. Bagaimana agar terhindar dari stres? Ada banyak cara. Paling mudah adalah melapangkan dada. Biar hati lapang, maka yang bisa dilakukan adalah bersyukur. Salah satu cara termudah untuk bersyukur, menurut seorang ustad, adalah selalu melihat ke bawah.
Seorang yang tidak memiliki harta, meski hanya sebuah sepeda, tetap bisa bersyukur. Biarpun ke mana-mana harus jalan kaki dan naik angkutan kota, dia bersyukur. “Ya saya beruntung karena banyak orang yang hari ini nggak bisa jalan. Ada yang lumpuh, ada yang sakit. Ada juga yang dipenjara. Alhamdulillah saya masih bisa pergi mana saya mau,” katanya.
Seorang yang hanya memiliki sepeda kumbang, punya cara lain untuk mengungkapkan rasa syukur. “Ya, daripada jalan kaki, saya bisa lebih cepat ke sana kemari. Saya juga bisa ke kantor naik sepeda. Biar saja, biar disangka orang ikuti trend bike to work, padahal saya karena nggak punya motor,” katanya.
Seorang yang sudah memiliki motor pun bisa lebih bersyukur. “Saya kadang kasih melihat orang naik angkot, panas. Atau Pak Dudung itu, baru punya sepeda. Saya bisa ke manapun tanpa kena macet. Ya, biar masih kredit, kan orang nggak tahu,” katanya.
Lain lagi cara bersyukur orang yang sudah memiliki mobil. “Hemm, kadang saya kasihan sama orang-orang yang naik motor. Panas kepanasan, hujan kehujanan. Masih untung saya naik mobil. Biar mobil tahun jebot, masih nyaman kok,” ujarnya.
Dengan cara mensyukuri apa yang kita miliki, hati akan terasa lapang. Tidak perlu iri dengan orang lain. Tidak perlu hati panas karena tetangga atau teman punya sesuatu yang lebih baik. Jika begitu, lantas kita tidak boleh berambisi untu sesuatu yang lebih baik?
Ambisi boleh. Tetapi hati-hati. Banyak orang yang stress justru karena mengikuti ambisi. Yang penting ambisi kita berlakukan seperti daun singkong yang diikat di depan moncong kambing. Boleh daun ikut maju, saat dikejar. Dan, setelah dapat, cepat bersyukur. Jika gagal? Segera kembali ke kenyataan, jangan terlalu mengejar mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar