Seperti apa wajah asli diri kita sebenarnya? Ya, wajah batiniah kita. Wajah ukhrawi kita. Seperti apakah ia? Apakah masih berwajah manusia, ataukah sudah berbentuk serigala, babi, atau monyet? Memang, saat ini kita masih belum bisa melihatnya secara kasat mata. Mungkin nanti, saat kita menghembuskan nafas yang terakhir. Disitulah mata batin kita akan terbelalak memandang diri kita yang sebenarnya.
Allah berfirman, “Maka Kami singkapkan tirai yang menutup matamu dan tiba-tiba matamu hari ini menjadi amat tajam.” (QS. Qaf [55] :22)
Berikut ini ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang dikutip dari kitab tafsir Majma Al-Bayan 10 : 43 yang mengisahkan bagaimana wujud manusia pada hari kiamat kelak.
Pada suatu hari Muadz bin Jabal duduk di dekat Nabi saw di rumah Ayub Al-Anshari. Muadz bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ayat: Pada hari ditiupkan sangkakala dan kalian datang dalam bergolong-golongan?” (QS An-Naba [78] : 18)
Beliau menjawab, “Hai Muadz, kamu telah bertanya tentang sesuatu yang berat.”
Beliau memandang jauh seraya berkata, “Umatku akan dibangkitkan menjadi sepuluh golongan. Tuhan memilah mereka dari kaum muslimin dan mengubah bentuk mereka. Sebagian berbentuk monyet, sebagian lagi berbentuk babi, sebagian lagi berjalan terbalik dengan kaki di atas dan muka di bawah lalu diseret-seret, sebagian lagi buta merayap-rayap, sebagian lagi tuli bisu tidak berpikir, sebagian lagi menjulurkan lidahnya yang mengeluarkan cairan menjijikkan semua orang, sebagian lagi mempunyai kaki dan tangan yang terpotong, sebagian lagi disalibkan pada tonggak-tonggak api, sebagian lagi punya bau yang lebih menyengat dari bangkai, sebagian lagi memakai jubah ketat yang mengoyak-ngoyakkan kulitnya.”
“Adapun orang yang berbentuk monyet adalah para penyebar fitnah yang memecah belah masyarakat. Yang berbentuk babi adalah pemakan harta haram (korupsi misalnya-pen). Yang kepalanya terbalik adalah pemakan riba. Yang buta adalah penguasa yang zalim. Yang buta dan tuli adalah orang yang takjub dengan amalnya sendiri.
Yang menjulurkan lidahnya dengan sangat menjijikkan adalah para ulama atau hakim yang perbuatannya bertentangan dengan omongannya. Yang dipotong kaki dan tangannya adalah orang yang menyakiti tetangga. Yang disalibkan ke tonggak api adalah para pembisik penguasa yang menjelekkan manusia yang lain. Yang baunya lebih menyengat dari bangkai adalah orang yang pekerjaannya hanya mengejar-ngejar kesenangan jasmaniah dan tidak membayarkan hak Allah dalam hartanya. Yang dicekik oleh pakaiannya sendiri adalah orang yang sombong dan takabur.”
Na’uzubillah ….
Apa yang menentukan bentuk manusia ketika menghadap-Nya? Menurut hadist diatas dan juga diperkuat oleh banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang lain, yang menentukan bentuk kita sekarang dan juga nanti adalah amal-amal kita.
Dalam pandangan beberapa orang shaleh, bentuk sejati atau bentuk batin kita ini pun mungkin sudah tampak olehnya. Imam Ja’far (cucu Nabi generasi kelima) misalnya, pernah memperlihatkan kepada sahabatnya Abul Bashir saat musim haji, betapa banyaknya binatang berputar-putar di sekitar Ka’bah (tawaf). Sedangkan yang terlihat sebagai manusia hanya sedikit sekali dan itu pun tampak bagai kilatan cahaya.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari berita yang disampaikan Rasulullah SAW tsb?
Amal-amal kita, apapun itu, yang baik atau yang buruk, semua menjelma mewujud dan membentuk tubuh ukhrawi (wujud batiniah) diri kita.
Oleh karena itu, marilah kita sama-sama terus memperbanyak amal-amal shaleh kita, menghias tubuh batin kita ini dengan sebaik-baik wujud. Sehingga kita insyaAllah tetap bisa mempertahankan kemanusiaan kita. Dan tidak terjatuh menjadi “binatang” berbungkus manusia.
Mudah-mudahan menyongsong hari yang fitri nanti, amal-amal kita selama Ramadhan ini, akan kian mensucikan jiwa kita, mengembalikan fitrah diri kita, sebagaimana mestinya. Sebagai manusia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar