Dalam setiap hubungan, pasti kita mengangan-angankan pasangan yang pas untuk kita. Dan berita buruknya, nggak ada yang benar-benar "pas".
Belum lagi kriteria pasangan "pas" yang belum tentu selalu tetap tidak berubah. Sebuah hubungan berkembang sejalan dengan perkembangan orang-orang yang ada didalamnya. Saat usia 20-an, seorang perempuan biasanya menginginkan dirinya punya arti bagi pasangannya. Jadi biasanya menuntut pasangannya untuk menceritakan hari-harinya sedetil-detilnya. Sedangkan pria yang baru beranjak dewasa di usia 20-an sedang aktif-aktifnya menjelajah dunia orang dewasa yang punya keinginan punya pacar seksi, cantik yang bisa dibanggakannya. Saat sang pacar yang cantik sudah banyak ngomong perasaan, migrain-migrain dan sakit kepala mulai menyerang. Itu baru di rentang usia dewasa awal, seseorang dengan usia yang lebih dewasa punya tuntutan lain yang disesuaikan dengan aspirasinya di masa perkembangan tertentu. Belum lagi kepribadian setiap orang yang katanya buku psikologi unik, setiap orang punya cita-cita yang berbeda dalam kehidupan cintanya.
Saat seseorang tidak cukup puas dengan pasangannya, dia akan mencoba untuk mengkomunikasikan ketidakpuasannya dalam bentuk kritik. Sayangnya kritik memang tidak mudah untuk diterima. Seorang laki-laki yang secara umum punya harga diri setinggi langit akan merasa terlalu diatur oleh pasangannya. Perlawanan-perlawanan terhadap kritik seperti "dia kaya nyokab gw, ngatur-ngatur..." atau "ribet banget si cewe gw nuntut terus.." akan muncul dibenak seorang pria. Untuk cewe yang pada intinya butuh penerimaan tanpa syarat dari pasangannya, akan merasa "tidak diterima apa adanya" atau lebih parah lagi "pacar saya tidak mencintai saya lagi".
Sampai akhir jaman pastinya jika dua orang memiliki hubungan yang sangat intens dan dekat, akan selalu ada perbedaan harapan, pikiran dan standar keadaan ideal dari setiap hal. Jadi bisa dibayangkan bagaimana beratnya kehidupan kita jika tidak dapat mengkomunikasikan kritik yang sebenarnya bertujuan membangun. Kata orang kritik itu pedas, jadi seperti apa kritik yang manis?
Menurut Evan Marc Katz, seorang dating expert, ada dua macam kritik. (walaupun bukan praktisi psikologi tapi tampaknya orang ini expert abis di masalah perkencanan)
Kritik yang membangun adalah kritik yang diberikan untuk keuntungan penerima kritik Kamu harus belajar untuk ngatur waktu lebih baik lagi kalau mau cepat lulus.
Kritik yang menjatuhkan diberikan untuk keuntungan si pemberi kritik.“Kamu bisa nggak lebih sering dateng. Aku butuh kamu banget.
Jadi yang pertama banget harus di fikirkan adalah, apakah kritik yang hendak kamu berikan sebenarnya untuk kepentingan pasanganmu atau untuk memenuhi kebutuhan kamu sendiri.
Saat kamu pergi bersama pasangan kamu ke pesta ulang tahun adik kamu, dimana semua keluarga akan datang, pasangan kamu datang dengan pakaian super resmi. Saat dipesta pun dia tidak sesantai biasanya dan nggak luwes bergaul dengan keluarga kamu. Saat perjalanan pulang dari pesta, kamu mulai mengevaluasi pesta tadi yang menurutmu sangat tidak menyenangkan. Pastinya niat kamu baik. Memberikan pengertian kepada pasangan kamu bahwa dia harus lebih santai saat berhadapan dengan keluarga kamu. Tapi sayangnya,pesan yang sampai kepadanya adalah kamu merasa dia tegang banget, kamu merasa dia tidak bisa dekat keluargamu, atau kamu tidak nyaman dengan caranya menyesuaikan diri dengan keluarga kamu. Kritik semacam ini terasa sebagai kritik yang diberikan agar kamu tidak malu didepan keluarga kamu. Dan akhirnya dia akan menyerang balik dengan berbagai manuver-manuver yang akhirnya membuat malam itu menjadi sangat kikuk dan penuh kritik yang menghancurkan. Jadi, pastikanlah kritik yang kita berikan memang untuk kebaikan pasangan kita.
Yang kedua, kita harus sadar bahwa kita nggak akan terus rajin berolah raga karena disuruh oleh ibu kita. Kita juga tidak akan berhenti merokok bahkan setelah dimarahi oleh guru. Kita juga nggak akan mulai mengerjakan tugas akhir bahkan setelah setiap teman kita menyuruh kita mulai mengerjakan. Seringkali daripada tidak, kita mengubah diri kita karena kita menyadari ada sesuatu yang salah dan kita ingin membenahinya. Saat kita merasa butuh untuk berubah, disaat itulah kita akan berubah menjadi lebih baik.
Lalu apakah jika merasa tidak nyaman dengan kebiasaan dia, kita harus diam saja? tentu saja tidak. Namun bicarakanlah apa yang kamu rasakan dengan cara yang dewasa. Berilah pasangan kamu saran yang akan membantunya memiliki kehidupan yang lebih baik dan batasilah intervensi anda sampai situ.Jangan lupa katakan bahwa perasaan anda tidak berubah karena kekurangan itu. Saat pasangan kita setuju dengan saran anda dan siap untuk berubah, saat itu lah kita bisa maju selangkah dengan mendukung dan membantunya melewati proses perubahan tersebut. Dengan cara ini, dia akan merasa anda menerimanya dan merasa dihargai sebagai individu dengan kelebihan dan kekurangannya.
Semoga artikel ini membantu teman-teman semua untuk mampu memberikan kritik yang terasa manis untuk pasangan kamu serta mempermudah melihat perhatian pasangan kamu saat dia memberikan kritik terhadap kamu. good luuck!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar